1)  
Jenis-jenis Sistem
Penggerak Kendaraan





Kendaraan dapat berjalan/ bergerak karena
ada sistem yang memindahkan tenaga/ momen/ putaran dari mesin ke roda-roda.
Kendaraan ditinjau dari sistem pemindah tenaganya dikelompokkan menjadi
beberapa tipe/ jenis, yaitu :


a)     Front Engine Rear Drive (FR)





Kendaraan dengan mesin di depan dan
menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Front
Engine Rear Drive (FR).
Komponen-komponen system pemindah tenaga meliputi : kopling(clutch), transmisi(transmission), drive shaft/
propeller shaft,
differential, rear
axle
dan roda(wheel)




        Gambar 1 Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FR





b)   Front Engine Front Drive (FF)





Kendaraan dengan mesin di depan dan
menggerakkan roda depan dinamakan tipe Front
Engine
Front Drive (FF).
Komponen-komponen sistem pemindah tenaga meliputi : kopling (clutch), transmisi (transmission), differential,
front axle
dan roda (wheel).



                               Gambar 2 Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FF





c)     Rear Engine Rear Drive (RR)





Kendaraan dengan mesin di belakang dan
menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Rear
Engine Rear Drive (RR). Pemindah
tenaga kendaraan tipe ini sama dengan
tipe Front Engine Front Drive (FF).
Komponen-komponen sistem pemindah tenaga meliputi : kopling (clutch), transmisi (transmissions), differential,
rear axle dan roda (wheel)





d)     Four Wheel Drive (FWD)





Kendaraan dengan mesin menggerakkan roda
depan dan roda belakang dinamakan tipe Four
Wheel
Drive atau All Wheel Drive (FWD atau 4WD atau
AWD). Komponen-komponen sistem
pemindah tenaga meliputi : kopling(clutch),
transmisi (transmission), transfer, dan terbagi menjadi dua.
Pertama ke front drive shaft (front propeller shaft), front
differential
, front axle dan roda depan (front wheel), sedangkan yang kedua ke rear drive shaft, rear
differential
, rear axle dan roda
belakang (rear wheel).



                              Gambar 3. Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FWD 







2)  
Propeller Shaft





Pada kendaraan tipe FR (front engine rear drive) dan FWD/AWD (four wheel drive), untuk memindahkan tenaga mesin dari transmisi ke
differential, diperlukan propeller shaft atau sering juga disebut
sebagai drive shaft. Panjang pendeknya propeller shaft tergantung dari panjang
kendaraan. Pada kendaraan yang panjang, propeller dibagi menjadi beberapa
bagian untuk menjamin supaya tetap dapat bekerja dengan baik.





Suspensi kendaraan mengakibatkan posisi differential selalu berubah-ubah
terhadap transmisi, sehingga propeller harus dapat menyesuaikan perubahan sudut
dan perubahan jarak, agar tetap mampu meneruskan putaran dengan lancar.
Mekanisme atau komponen tersebut adalah universal
joint atau sering disebut U-joint.






                   Gambar 4. Bentuk-bentuk propeller shaft





Propeller
shaft
pada umumnya terbuat dari pipa besi, karena
profil pipa lebih
tahan  terhadap 
puntiran.  Dimensi

poros propeller akan menentukan beban putaran yang diijinkan.





3)   Universal joint





        Kondisi
jalan mempengaruhi kerja suspense dan berakibat pada posisi
differential selalu berubah-ubah
terhadap transmisi. Universal joint dipakai untuk mengatasi
kondisi
tersebut agar poros selalu dapat berputar dengan
lancar, sehingga
universal joint harus mempunyai syarat : dapat mengurangi resiko kerusakanv
propeller saat poros bergerak naik/ turun, tidak berisik atau berputar dengan
lembut, konstruksinya sederhana dan tidak mudah rusak.


Dilihat
dari konstruksinya, universal joint dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :


a)     Hook Joint



                                               Gambar 5. Konstruksi Hook Joint





Pada umumnya poros
propeller menggunakan konstruksi tipe ini, karena selain konstruksinya yang sederhana
tipe ini juga berfungsi secara akurat dan konstan. Konstruksi hook joint adalah
seperti gb. 5 di atas. Ada dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid
bearing cup
type. Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar.
Ilustrasi konstruksi kedua tipe universal joint tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :



                                     Gambar 6. Konstruksi hook joint tipe shell bearing cup



                                 Gambar 7. Konstruksi hook joint tipe solid bearing cup


b)    
Flexible Joint



                                                  Gambar 8. Konstruksi Flexible Joint





Konstruksi dari
universal joint model flexible joint dapat dilihat pada gambar 8 di atas. Model
ini mempunyai keuntungan tidak mudah aus, tidak berisik dan tidak memerlukan
minyak/ grease.


c)    Trunion
Joint


Model ini berusaha
menggabungkan tipe hook joint dan slip joint, namun hasilnya masih dibawah slip
joint sendiri, sehingga jarang digunakan. Konstruksinya dapat dilihat pada
gambar 9 di bawah ini.



                                                   Gambar 9. Konstruksi Trunion Joint





d)  
Uniform Velocity Joint


Model ini dapat
membuat kecepatan sudut yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi getaran dan
suara bising. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini.




              Gambar 10. Konstruksi Uniform Velocity Joint





e)   
Slip Joint


         Bagian ujung propeller yang dihubungkan
dengan poros out-put transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint.
Hal ini memungkinkan panjangnya propeller shaft sesuai dengan jarak output
transmisi dengan differential.
Konstruksinya dapat dilihat pada gambar 11
di bawah ini.



                                                  Gambar 11. Konstruksi Slip Joint





4)  
Center Bearing


Merupakan unit yang dipasang pada ujung
propeller shaft depan (intermediate shaft) dan menempel pada body melalui
bracket. Center bearing berfungsi sebagai tumpuan antara pada poros propeller
yang panjang (3-joint type) untuk
mengurangi kemungkinan poros propeller melengkung/ bengkok, untuk meredam bunyi
dan getaran pada saat propeller shaft bekerja.



                                                 Gambar 12. Konstruksi Center Bearing





5)  
Pemeriksaan,
Servis dan Perbaikan Propeller Shaft, Universal Joint dan Center Bearing


Perawatan yang dilakukan pada propeller
shaft adalah memberikan pelumasan dengan grease pada universal joint.
Pemeriksaan dilakukan untuk mencegah suatu kerusakan atau untuk memastikan
penyebab suatu keusakan. Pemeriksaan pencegahan atau perawatan dilaksanakan
secara berkala dan rutin untuk memeriksa/ menjaga kondisi komponen dan
kerjanya. Sedang pemeriksaan guna memastikan penyebab kerusakan harus dilakukan
dengan betul-betul cermat dan perlu analisa kasus dan perlu pemeriksaan
komponen dengan urutan yang cepat, tepat dan benar.





Berikut dicontohkan, diagram analisa dan
urutan pemeriksaan:


a)    
Bunyi dari propeller
shaft




                                  Gambar 13. Bagan alir diagnosis





Pemeriksaan terhadap bunyi diperlukan
pendengaran yang baik, ketelitian dan kecermatan yang tinggi, karena pada
kendaraan akan terdapat sumber bunyi yang komplek sehingga kalau tidak cermat
sering terkecoh pada bunyi-bunyi yang lain.


b)   Getaran dari
propeller shaft




                                 Gambar 14. Bagan alir diagnosis





Pemeriksaan terhadap getaran dan bunyi pada propeller shaft harus dilaksanakan secara teliti dan cermat, dengan mengangkat roda penggerak, dan
menghidupkan mesin pada posisi gigi transmisi masuk. Naikkan putaran mesin
secara bertahap dan amati getaran dan bunyi dari propeller shaft. Jika
ditemukan adanya getaran atau bunyi dari propeller shaft maka lakukan
pemeriksaan baut-baut pengikat dan atau lepaskan unit propeller dan lakukan
pemeriksaan komponen.




              Gambar 15. Bagian–bagian poros propeller




Pemeriksaan komponen dilakukan dengan
melepas unit propeller, yakni dengan melepas baut pengikat flange yoke ke differential dan melepaskan center
bearing (pada propeller 3 joint). Setelah propeller terlepas lakukan pemeriksaan
:





(1) Kebengkokan
poros propeller depan dan belakang. Dengan menggunakan V-blok dan dial tester
indikator ukurlah run-out poros (kebengkokan). Run-out max. = 0.8 mm



                                        Gambar 16. Pemeriksaan kebengkokan poros propeller





(2) Keausan dan
kekocakan bantalan spider.


Putar spider dan pastikan bahwa tidak ada hambatan
saat berputar. Periksa juga kebeb asan aksial spider bearing oleh putaran yoke
ketika tertahan poros dengan kuat. Kebebasan axial max. 0.05 mm.



                              Gambar 17. Pemeriksaan keausan dan kekocakan bantalan spider





(3) Periksa clearance antara universal joint spider dan
needle roller bearing



                                           Gambar 18. Pengukuran clearance spider bearing





(4) Keausan
dan kerusakan center support bearing Periksalah bahwa bearing dapat berputar
dengan bebas tanpa hambatan namun tidak longgar/ goyang/ kocak



                                   Gambar 19. Pemeriksaan keausan center support bearing





(5) Pemeriksaan keausan
alur-alur sleeve yoke


Lakukan pengamatan secara visual terhadap
kondisi spline. Lakukan pengujian dengan memasangkan sleeve yoke ke poros lalu
putar bolak-balik sleeve yoke dan gerakkan maju-mundur (axial). Pastikan tidak
terjadi kekocakan yang berlebihan tetapi bisa bergerak maju-mundur dengan
lancar.



                                   Gambar 20. Pemeriksaan keausan alur-alur sleeve yoke





(6) Pemeriksaan keausan alur-alur ujung propeller depan
terhadap flange maupun yoke propeller belakang. Menggunakan metode yang sama
dengan di atas lakukan pengecekan alur-alur ujung propeller depan terhadap
flange maupun yoke propeller belakang



                                   Gambar 21. Pemeriksaan keausan alur-alur ujung propeller





(7) Pemeriksaan
karet bushing maupun penutup debu pada center bearing.





Lakukan pengamatan terhadap kondisi karet
bushing maupun karet penutup debu pada center bearing


(8) Pemeriksaan
keseimbangan/ balance poros propeller. Menggunakan alat khusus (roller instrument) lakukan pengecekan
ketidak seimbangan poros propeller. Bila ditemukan tidak seimbang (un-balance)
maka lakukan balancing dengan memasang bobot pemberat tertentu.


Setelah pemeriksaan dan penyebab kesalahan atau kerusakan ditemukan maka
segera dilakukan perbaikan atau penggantian dengan pembongkaran. Pada saat
sebelum melakukan pembongkaran poros propeller sebaiknya diberikan tanda pada
bagian-bagian yang berpasangan (gb. 23). Pemasangan poros propeller setelah
dilakukan pembongkaran harus memperhatikan tanda-tanda yang telah dibuat atau
dengan memperhatikan pola pemasangan poros propeller yang terdapat pada buku
manual dari kendaraan tersebut
 



                        Gambar 22. Pemasangan U-joint model 2 joint







                   Gambar 23. Pemasangan U-joint model 3 joint



                                    Gambar 24. Tanda pemasangan yang harus diperhatikan





6)   Penggantian Spider Bearing





Setelah dilakukan pemberian tanda pada
beberapa tempat, maka langkah-langkah pembongkaran dimulai dengan prosedur
sebagai berikut :


a)    Pukul
perlahan-lahan bearing outer race dan keluarkan keempat snap ring dari
tempatnya. Pada beberapa tipe yang menggunakan lock plate, lepaskan lock plate.



                                         Gambar 25. Melepas snap ring dan atau lock plate





b)   Tekan keluar bearing dari tempatnya dengan
menggunakan SST, atau dengan alat penekan (mesin/ alat press).






                                  Gambar 26. Melepas spider bearing 





c)    Jepitlah bearing outer race pada ragum dan pukul
propeller shaft. Lepaskan bearing pada sisi lainnya dengan prosedur yang sama.



                                                    Gambar 27. Melepas spider bearing





d)   Pasangkan
dua outer race bearing yang telah dilepas ke spider sebagai tumpuan penekanan
dan dengan menggunakan SST tekan keluar bearing dari yoke.



                                                   Gambar 28. Melepas spider bearing





e)    Jepitlah bearing outer race pada ragum dan pukul
propeller shaft. Lepaskan bearing pada sisi lainnya dengan prosedur yang sama.






                               Gambar 29. Melepas spider bearing


Setelah pembongkaran, maka pasangkan kembali dengan spider bearing yang
baru dengan prosedur sebagai berikut :


(1) Berilah pelumas secukupnya saja dengan pelumas
khusus pada spider dan bearing-nya.



                                              Gambar 30. Melumasi spider bearing





(2)   Tepatkan
tanda pada yoke (u-joint)



                                             Gambar 31. Menepatkan tanda pada yoke





(3)   Pasangkan spider bearing yang baru ke dalam yoke
dengan menggunakan SST.



                                               Gambar 32. Memasang spider bearing





(4) Setel
masing-masing bearing sehingga celah snap ring pada maksimum dan lebarnya sama.



                                               Gambar 33. Penyetelan celah snap ring





(5)   Pasangkan snap ring dengan ketebalan yang sama dengan
kebebasan axial max. 0.05 mm. Jangan menggunakan snap ring bekas.



                                                      Gambar 34. Memasang snap ring





(6)   Pukul
yoke hingga tidak terdapat celah antara bearing bagian luar dengan snap ring.



                                                    Gambar 35. Menepatkan snap ring





(7)   Periksa dan pastikan spider bearing dapat bergerak
dengan lembut. Kebebasan axial maksimal 0.05 mm.



                                           Gambar 36. Memeriksa kebebasan spider bearing





(8)   Pasangkan
spider bearing pada sisi yang lain dengan prosedur yang sama sebagaimana
digambarkan di atas dengan memperhatikan tanda yang telah dibuat.



                                                 Gambar 37. Pemasangan spider bearing





7)  
Penggantian
Center Bearing


Setelah
dilakukan pemberian tanda maka langkah pembongkaran dimulai dengan prosedur
sebagai berikut :


a)     Melepas
center support bearing dari poros intermediate dengan mengendorkan bagian mur
yang ditakik dengan pahat dan palu.



                                       Gambar 38. Membuka takikan pengunci mur penahan





b)   Lepaskan
mur penahan center bearing dengan bantuan SST untuk menahan flange.



                                                  Gambar 39. Melepas mur penahan





c)    Lepaskan
flange dari poros tengah



                                                       Gambar 40. Melepas flange





d)   Lepaskan
center bearing lama dan gantilah dengan unit baru.




                                    Gambar 41. Melepas center bearing





e) Pasangkan
center bearing assembly dann center bearing support pada poros intermediate
dengan bagian yang terpotong menghadap belakang.



                                           Gambar 42. Memasang center support bearing





f)     Berilah
pelumasan pada alur poros intermediate dengan gemuk khusus.


g) Tepatkan
tanda pada flange dan pada poros atau posisikan yoke bagian depan intermediate
dan yoke belakang propeller shaft berada tepat arah yang sama.



                                               Gambar 43. Pemasangan flange





h)   Gunakan
SST untuk menahan flange, pres bearing sehingga tepat pada posisinya, dengan
mengeraskan mur yang baru dengan momen 1.850 kg-cm


i)     Kendorkan
lagi mur, kemudian keraskan dengan momen 450 kg-cm



                                     Gambar 44. Mengeraskan mur penahan center bearing





j)     Gunakan palu dan
pahat untuk mengunci mur.



                                                 Gambar 45. Mengunci mur penahan





8)   Poros Penggerak Roda/ Axle Shaft


Axle
shaft
atau poros penggerak roda adalah merupakan poros pemutar roda-roda penggerak yang
berfungsi meneruskan tenaga gerak dari differential
ke roda-roda. Axle shaft pada kendaraan dibedakan menjadi dua yakni front axle shaft (poros penggerak roda depan) dan rear axle shaft (poros penggerak roda belakang). Pada kendaraan
FF, front axle shaft sebagai driving
axle shaft
, sedangkan pada kendaraan
tipe FR, rear axle shaft sebagai driving axle shaft. Pada kendaraan 4WD
atau AWD, front axle shaft maupun rear axle shaft sebagai driving axle shaft.





9)   Poros Penggerak Roda Belakang/ Rear Axle Shaft


Roda belakang umumnya menumpu beban lebih
berat daripada roda depan, sehingga konstruksi poros penggerak rodanya juga
relatif lebih kuat. Pemasangan poros akan dipengaruhi oleh tipe/ jenis suspensi
yang digunakan. Secara umum tipe suspensi yang digunakan ada dua kelompok yaitu
suspensi bebas (independent) dan
suspensi kaku (rigid). Pada tipe suspensi independent, jenis axle shaft yang digunakan umumnya adalah
tipe melayang (floating shaft type), dimana poros bebas dari menumpu
beban dan bebas bergerak mengikuti
pergerakan roda akibat suspensi kendaraan.



                                                 Gambar 46. Konstruksi Poros Melayang





Pada suspensi rigid pada umumnya menggunakan tipe poros memikul dimana axle shaft diletakkan di dalam axle housing, yang dipasangkan berkaitan
melalui bantalan.



                                                  Gambar 47. Konstruksi Poros Memikul





Poros memikul terdiri dari 3 tipe, yaitu :
full floating, three-quarter floating dan semi-floating. Nama tipe poros
tersebut mencerminkan kebebasan poros untuk tidak menyangga beban kendaraan.
Full floating berarti sepenuhnya poros tidak menyangga beban, three-quarter
floating berati ¾ beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros (poros menyangga ¼
beban) sedangkan semi floating berarti poros hanya menumpu ½ beban.



                                  Gambar 48. Konstruksi poros memikul model full floating





Pada tipe ini bantalan-bantalan dipasangkan
diantara haousing dan wheel hub, sedangkan roda dipasangkan pada hub. Beban
kendaraan sepenuhnya ditumpu oleh axle housing, sedangkan poros roda tidak
memikul beban, hanya berfungsi menggerakkan roda. Model ini sangat bagus untuk
kendaraan berbeban berat.



                              Gambar 49. Konstruksi poros memikul model three-quarter floating





Pada tipe three-quarter floating, hanya
dipasangkan sebuah bantalan di antara axle housing dan wheel hub. Roda
dipasangkan langsung pada poros roda. Hampir seluruh beban ditumpu oleh
housing. Gaya lateral (lateral force) baru akan bekerja pada poros/ axle bila
kendaraan membelok.



                              Gambar 50. Konstruksi poros memikul model semi floating





Tipe semi floating banyak dipakai pada
kendaraan ringan. Hampir seluruh beban kendaraan dipikul oleh axle shaft,
demikian juga gaya lateral (lateral force) pada saat kendaraan membelok.
Bantalan dipasangkan diantara axle housing dan axle shaft, sedangkan roda
dipasangkan langsung pada axle shaft.





10) Poros Penggerak Roda Depan/ Front Axle Shaft


Pada
kendaraan FF front axle berfungsi sebagai penggerak. Konstruksi Front axle
dapat dilihat pada gambar berikut :



                                           Gambar 51. Konstruksi Poros Penggerak Depan





Poros penggerak roda adalah poros yang berfungsi sebagai pemindah tenaga
dari differential ke roda-roda. Pada
kendaraan tipe FF, poros penggerak harus memiliki 2 persyaratan, yaitu : harus
mempunyai mekanisme yang menyerap perubahan panjang dari poros penggerak yang
mengiringi gerakan roda naik dan turun; harus dapat memelihara operasi sudut
yang sama ketika roda depan dikemudikan dan harus memutar roda saat membentuk
kecepatan karena roda depan digunakan secara bersamaan untuk pengemudian dan
pemindahan tenaga.


Komponen/ sistem yang digunakan untuk memenuhi persyaratan tersebut
adalah universal joint tipe constant velocity joint (CV Joint) Constant
velocity joint adalah tipe universal joint yang memungkinkan untuk digunakan
pada kendaraan FF, dimana poros mampu meneruskan tenaga sambil terjadi
perubahan-perubahan sudut. Ada dua jenis CV joint, yaitu : birfield joint dan
tripod joint.



                                                  Gambar 52. Konstruksi Birfield Joint





Konstruksi birfield joint adalah seperti gambar di atas. Inner race
dipasang ke dalam outer race yang berbentuk mangkuk dengan menahan enam bola
baja oleh suatu rangka.Tipe ini banyak digunakan karena konstruksinya yang
sederhana dan kapasitas pemindahannya cukup besar.



                                                 Gambar 53. Konstruksi Tripod Joint





Sebuah tripod dengan tiga buah trunnion shaft pada plane yang sama. Tiga
buah roller dipasangakan pada trunnion ini dan ke masing-masing roller
dipasangkan tiga tulip dengan celah paralel. Konstruksi ini juga sederhana dan
umumnya dapat bergerak dalam arah axial.


a)   
Prinsip Kerja CV
Joint


Lekukan khusus dibuat pada dudukan bola baja
yang pada masing-masing arah memotong titik O dari titik pusat garis penggerak
dan poros penggerak yang selalu dihubungkan pada pusat garis P dari
masing-masing bola baja. Hasilnya putaran poros penggerak adalah selalu identik
dengan poros yang digerakkan.



                                                    Gambar 54. Prinsip Kerja CV Joint





b)  
Panjang Poros
Penggerak


Panjang poros penggerak kiri dan kanan dapat sama maupun berbeda
tergantung lokasi mesin dan transaxle. Apabila poros penggerak panjangnya tidak
sama, maka akan mudah terjadi getaran yang menimbulkan bunyi dan kurang nyaman.
Hal itu diatasi dengan beberapa metode yang antara lain dengan penggunaan
dynamic damper type, hollow shaft type dan intermidiate shaft


(1)   Dynamic damper type


Tipe poros penggerak
ini mempunyai dynamic damper yang dipasangkan pada bagian tengah poros yang
panjang. Dynamic damper dipasangkan pada poros penggerak melalui bantalan
karet. Saat poros penggerak bergetar atau terpuntir maka damper yang diberikan
cenderung ntuk berputar pada kecepatan konstan, sehingga bantalan karet
menyerap getaran dan puntiran.



                              Gambar 55. Konstruksi Poros Penggerak dengan dynamic damper





(2)   Hollow
shaft type



                                    Gambar 56. Konstruksi Poros Penggerak Tipe Berlubang



                                    Gambar 57. Poros Penggerak Depan Hollow Shaft Type


(3)   Intermediate
shaft type


Poros 
penggerak  tipe  ini 
digunakan  pada  kendaraan 
yang perbedaan jarak dua poros penggeraknya besar.



                                Gambar 58. Poros Penggerak Depan dengan Intermediate Shaft





Kendaraan yang perbedaan jarak dua poros penggeraknya besar, sistem
kemudinya menjadi tidak stabil dan mudah memuntir. Pada saat akselerasi, bagian
depan kendaraan akan terangkat dan sudut joint poros menjadi besar, sehingga
momen yang ditimbulkan menyebabkan roda tidak stabil dan sulit untuk
dikendalikan.



                                Gambar 59. Poros Penggerak Depan Tanpa Intermediate Shaft





Salah satu usaha untuk membuat roda stabil akibat perbedaan panjang
poros, maka dipasangkan intermediate shaft sehingga poros penggerak kiri dan
kanan menjadi sama panjang. Dengan metode ini sudut joint 1 dan 2 akan sama,
sehingga momen yang disebabkan aksi dari roda depan diimbangi dan kendaraan
menjadi stabil dan berjalan lurus.



                           Gambar 60. Poros Penggerak Depan Dengan Intermediate Shaft





11)
Pemeriksaan,
Servis dan Perbaikan Poros Penggerak Roda (axle
shaft
)


Pemeriksaan dilakukan untuk mencegah
kerusakan atau untuk memastikan penyebab kerusakan. Pemeriksaan pencegahan
dilaksanakan secara berkala dan rutin untuk memeriksa kondisi komponen dan kerjanya.
Sedangkan untuk memastikan penyebab, biasanya terdapat gejala awal, sehingga
harus betul-betul cermat dan perlu analisa kasus dan perlu pemeriksaan komponen
dengan urutan yang tepat dan benar.



                                      Gambar 61. Konstruksi Detail Poros Penggerak Depan





Secara umum perawatan atau servis axle shaft jarang atau sedikit
dilakukan karena sederhana dan sedikitnya komponen dari axle shaft. Pemeriksaan
pada axle shaft antara lain : periksaan secara visual terhadap kondisi axle
shaft, pemeriksaan pelumasan joint (boot dan grease) pada velocity joint tipe,
pemeriksaan kelurusan/ kebengkokan dan keseimbangan poros, pemeriksaan
kekocakan/ keausan joint, keausan/ kekocakan alur-alur poros terhadap alur hub
roda maupun alur side gear serta keausan atau kerusakan bantalan.


Pemeriksaan bantalan dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :


a)    Melepas
kaliper dan piringan rem


b)   Periksa
kebebasan bantalan dalam arah axial dengan dial indikator. Kebebasan makasimum
adalah 0.05 mm.



                                         Gambar 62. Pemeriksaan kebebasan bantalan





c)    Setelah
dipastikan bantalan masih baik, pasang kembali kaliper dan piringan rem.


Jika kebebasan terlalu besar ganti bantalan dengan yang baik, dengan
melkukan pembongkaran. Pembongkaran dan pemeriksaan-pemeriksaannya adalah
sebagai berikut :


a)    Lepaskan
cotter pin, penutup pengunci mur dan mur pengunci bantalan



                                               Gambar 63. Melepas mur pengunci bantalan





b)   Mengeluarkan
minyak pelumas roda gigi differential


c)    Melepaskan hubungan tie rod end dengan steering
knuckle, dengan menggunakan tracker ball joint.



                                                       Gambar 64. Melepas tie rod end





d)   Melepas steering knuckle dari lower arm, dengan
melepas baut pemegangnya



                                       Gambar 65. Melepas steering knuckle dari lower arm





e)    Melepas
poros penggerak depan, dengan memukulnya dengan palu plastik dan memegangnya
dengan tangan.



                                                 Gambar 66. Melepas poros penggerak





Setelah
unit poros penggerak terlepas lakukan pemeriksaan sebagai berikut :


a)    Periksa dan perhatikan bahwa harus tidak ada
kebebasan dalam outboard joint


b)   Periksa
dan perhatikan bahwa inboard joint meluncur dengan lembut dalam arah axial


c)    Periksa
dan perhatikan bahwa kebebasan arah radial dari inboard joint tidak terlalu
besar



                                              Gambar 67. Memeriksa poros penggerak





d)   Periksa
kerusakan boot.


e)    Pemeriksaan
panjang standar (spec. lihat manual book)



                                              Gambar 68. Memeriksa poros penggerak





Untuk penggantian bantalan dapat dilakukan dengan melepas dan membongkar
axle hub dengan langkah sebagai berikut :


a)    Melepas
kaliper dan melepas piringan rem (disc brake)


b)   Melepas
mur/baut pengikat steering knuckle ke shock absorber


c)    Melepas
unit axle hub


d)   Membongkar unit axle
hub


e)    Mengganti
bantalan


f)     Merakit unit axle
hub


g)   Memasang
axle hub depan




                             Gambar 69. Konstruksi Detail Axle Hub